sebelas lewat sebelas #Part6
“Halo, Sabet?” terdengar suara diseberang. Hari ini hari Sabtu, malam Minggu dan sudah pukul sebelas malam. Yang menjadi masalah sebenarnya bukan karena kau meleponku sudah pukul sebelas malam, tetapi karena kita baru saja bertemu dan kau baru saja mengantarku pulang satu jam yang lalu. Apa kau serindu itu?
“ya, bang?” jawabku pelan takut membangunkan adik perempuanku yang memang berbagi kamar denganku.
“uda tidur?” tanyamu basa basi yang kelewat basi.
“uda, ini lagi mimpi.” Jawabku dengan nada rendah. Kau tertawa.
“baru ketemu.” Kataku lagi.
“Iya..” katamu. “aku lagi nunggu jam sebelas lewat sebelas ini.” ada jeda diantara jawabanmu.
“untuk?” tanyaku bingung sambil menautkan kedua alisku walaupun aku yakin kau tidak dapat melihatnya.
“ya.. katanya kalau kita membuat harapan tepat pukul sebelas lewat sebelas, maka harapan itu akan menjadi kenyataan” katamu ragu.
“trus?” aku masih dengan ekspresi yang sama, bingung.
“aku mau kita buat harapan sama-sama” katamu lagi.
“hah? Maksudnya?” dan aku semakin bingung.
“iya. Aku mau nanti tepat pukul sebelas lewat sebelas kita sama-sama membuat harapan” jawabmu.
“harapan apa?” tanyaku.
“semoga kau dan aku diizinkan bersama, mungkin” jawabmu terkesan mantap.
“ah, ngaco”kataku sambil berusaha menahan suaraku agar kau tidak tahu bahwa aku sedang tersenyum.
“ayolah, dua menit lagi” katamu lagi.
“emang abang percaya?”kataku.
“aku percaya aku mulai menyayangimu” katamu. Aku terdiam.
“satu, dua, tiga” katamu menghitung. Aku diam, diam-diam mengaminkan yang menjadi harapanmu. Harapan kita mungkin.
Posting Komentar untuk " sebelas lewat sebelas #Part6"