Lompat ke konten
Onan Balerong
Onan Balerong atau pasar tradisional di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, hingga kini tetap ramai dikunjungi wisatawan untuk menyaksikan keunikan dan kemegahan bangunan berhiaskan "gorga" (ornamen Batak) peninggalan kolonial Belanda pada 1936.
"Enam deret bangunan bercirikan rumah adat yang disebut Balerong itu hingga kini masih terlihat sangat kokoh dan mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung," kata Kepala Dinas Pasar Kabupaten Toba Samosir, Arifin Silaen di Balige, Minggu.
Bangunan inkulturatif berbentuk sopo atau rumah adat Batak yang unik itu dinilai cukup berhasil mengundang minat turis lokal dan mancanegara.
Kemegahan dan kerumitan ukir-ukiran Batak ditambah keunikan setiap bangunannya menjadikan Balerong sebagai ikon dan kebanggaan kota Balige, banyak mengundang decak kagum para wisatawan yang mengunjunginya.
Dulu, kata dia, pembangunan Onan Balerong itu dikerjakan arsitek yang berbeda, sehingga setiap corak dan pola ukiran "gorga"nya tidak sama.
Proses pengerjaannya dilakukan secara manual. Mulai pembuatan rangka besi yang dibor dengan tangan, hingga memakan waktu cukup lama, namun memiliki presisi sangat akurat dengan kualitas bangunan yang bagus.
Onan Balerong cukup berpeluang untuk mengangkat potensi pariwisata daerah. Apalagi, sudah pernah ditetapkan menjadi salah satu objek tujuan wisata pada pameran foto yang diselenggarakan Indonesian Tourism Award Summit (ITAS) 2014 di Bengkulu pada akhir Februari lalu.
"Pasar Balerong disebut juga onan, artinya 'ro sian on, ro sian an' (datang dari sini dan datang dari sana), sehingga terjadi on-an atau pasar, tempat terjadinya berbagai transaksi jual-beli," kata Arifin menjelaskan.
Onan Balerong, juga menjadi pusat aktivitas perdagangan masyarakat. Letaknya persis di tengah kota Balige, ibukota Kabupaten Tobasa, di jalur yang melewati jalan lintas Sumatera (Jalinsum).
Pada setiap Jumat sebagai hari pekan, tidak kurang dari tiga ribu pedagang menggelar berbagai jenis barang dagangan, mulai kebutuhan sembako hingga berbagai peralatan elektronik lainnya.
Sementara pada saat hari biasa, sejumlah kios yang dibangun di dalam balerong hanya diisi sekitar 500 pedagang.
Keberadaan pusat aktivitas perdagangan masyarakat yang terletak persis di pusat kota itu, sampai saat ini terus bertahan meski perbelanjaan modern kian banyak hadir di berbagai tempat.
Onan atau pasar, kata Arifin memiliki fungsi yang lebih luas dari sekadar fungsi ekonomi. Dulu onan dijadikan juga sebagai sarana interaksi sosial dalam penyampaian kabar berita antar kampung.
Sebuah informasi atau berita baru akan sangat cepat tersampaikan di pasar. Sebab, Onan merupakan tempat pertemuan orang-orang dari kampung tetangga berdekatan.
William, turis asal Belanda yang ditemui sedang berkunjung ke Onan Balerong mengaku, untuk kelima kali dirinya berlibur ke Indonesia, tanpa pernah melewatkan objek wisata Balerong sebagai tujuannya.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang cukup fasih pria yang tinggal di Amsterdam itu menceritakan, kakeknya dulu pernah bekerja pada sebuah perusahaan asing di daerah Sumatera Barat dan mengajarinya menggunakan bahasa Indonsia.
Ia menyatakan dirinya sangat kagum dengan bangunan tua yang unik peninggalan sejarah yang dikerjakan Belanda pada puluhan tahun yang silam.
"Saya sering mempromosikan keunikan Onan Balerong agar lebih dikenal di tingkat dunia, di samping potensi pariwisata keindahan alam Danau Toba," katanya.
Turis lainnya, J.Stewart dari Inggris juga mengaku kagum atas bangunan Balerong yang antik dengan 'gorga' (seni ukiran khas Batak), yang menghiasi dinding atas dari enam bangunan rangka besi tersebut.
Keunikan Onan Balerong didengarnya dari salah seorang temannya yang pernah berlibur ke daerah ini. Di samping objek wisata danau Toba ada bangunan sopo bermotif gorga yang antik difungsikan sebagaipasar tradisional di Balige.
"Saya sangat tertarik dan ingin melihat secara langsung. Ternyata arsitektur Balerong memang luar biasa," kata Stewart penuh rasa kagum.
Syamsul Bahri, seorang tour guide dari salah satu biro perjalanan kota Medan yang sering membawa turis ke danau Toba menyebutkan, setiap turis yang mengunjungi Balerong selalu memuji keunikan bangunan pasar tersebut.
"Hampir semua turis yang kami bawa berkunjung ke daerah ini kagum dengan onan Balerong," kata Syamsul.
Perlu Dipertahankan
Camat Balige, Sahala Siahaan menyebutkan, keberadaan pasar tradisional Balerong itu sangat perlu dipertahankan, karena pusat kegiatan perdagangan masyarakat itu dinilai makin terancam dengan hadirnya sejumlah perbelanjaan modern di wilayah tersebut.
"Eksistensi pasar tradisional yang menjadi tempat transaksi berbagai kebutuhan masyarakat itu perlu dipertahankan, sebab peran yang dimilikinya cukup penting dalam memajukan produk usaha kecil dan menengah," katanya.
Menurut dia, program revitalisasi pasar tradisional yang tengah digalakkan Kementerian Perdagangan saat ini, merupakan salah satu langkah cukup tepat dalam upaya mempertahankan pasar Balerong yang menjadi penopang ekonomi rakyat kelas menengah ke bawah itu.
Ia menyebutkan, salah satu aspek paling penting yang perlu dibenahi secepatnya, yakni masalah kebersihan dengan memperbaiki drainase, sehingga kesan pasar yang kumuh dan jorok dapat dihilangkan.
Selain, itu lanjutnya, penertiban para pedagang perlu dilakukan melalui penataan zonasi jenis mata dagangan dengan memilah kios barang tertentu sesuai sifatnya, seperti memisahkan penjualan ikan basah terpisah dengan pedagang kain maupun sembako.
"Hal menarik yang menjadi ciri khas pasar tradisional tersebut, yakni transaksi yang diwarnai proses tawar menawar unik dalam menentukan kesepakatan harga," katanya.
Posting Komentar untuk "Onan Balerong"